WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA – Yayasan Upaya Indonesia Damai atau United In Diversity (UID) menyelenggarakan perayaan kelulusan para peserta dari Program Bersama Kelola Alam Adil Lestari (Bekal) Pemimpin 3.0, atau angkatan ke tiga, di Hotel Double Tree Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/2023).
Wakil Presiden United in Diversity, Suyoto menceritakan, pihaknya telah melahirkan para pemimpin dan praktisi muda untuk menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan sistem secara holistik dalam pengelolaan sumber daya alam.
“Ruang kelas Bekal Pemimpin dirancang untuk menciptakan ‘mikrokosmos’ yang mencerminkan kompleksitas pengelolaan sumber daya alam Indonesia,” kata Suyoto dari keterangan tertulis pada Jumat (27/10/2023) malam.
Menurutnya, gelaran Bekal edisi ke tiga ini telah melahirkan 60 pemimpin yang berasal dari 27 Provinsi.
Baca juga: Kronologi Oknum Pejabat di Jaksel Diduga Cabuli Cucunya yang Masih SMP: “Sini Cium, Kakek”
Mereka, mewakili berbagai sektor yang memiliki dampak langsung terhadap kekayaan alam Indonesia.
“Bidang yang mereka geluti pun beragam, meliputi isu terestrial, kemaritiman, isu-isu lintas bidang seperti teknologi, tata kelola, dan kebijakan,” tuturnya.
Selama perjalanan pembelajaran, mereka secara intensif terlibat dalam serangkaian workshop.
Mulai dari Foundation Workshop, Sensing Workshop, Deep Dive Workshop, Prototype Workshop, dan Final Workshop.
Baca juga: WN Korsel yang Lemparkan Petugas Imigrasi dari Lantai 19 Apartemen Pernah Ditahan selama 3 Tahun
Dari pelatihan ini terciptalah 10 prototipe atau program yang lahir. Prototipe inovasi sistemik itu terkait dengan topik perikanan dan pertanian berkelanjutan, pengelolaan hutan lestari, pendidikan ekologi, ekowisata, ekonomi hijau, dan jurnalisme solusi untuk kedaulatan pangan.
“Prototipe bukan hanya sebagai training ground tapi juga laboratorium untuk menghadirkan solusi pengelolaan sumber daya alam yang diusung bersama para pelaku sistem lintas sektor,” paparnya.
Prototipe itu antara lain, Gorontalo Green School, Konservasi Membumi, Baby Shark, Finbargo, dan Perahu.
Kemudian Magis Hutan Purba, Blindspot Greenswans, Nagaria Wanatani, Cinta Papua dan Mamimpin L’Bajo.
Prototipe Perahu misalnya, merupakan program untuk menciptakan nelayan skala kecil yang mandiri secara ekonomi dan berdaya saing global melalui penguatan tata kelola perikanan berkelanjutan.
Sedangkan Cinta Papua merupakan program membangun desa ekowisata melalui pemanfaatan hasil hutan bukan kayu secara Lestari dan berkearifan lokal untuk menjadi sumber ekonomi mandiri di Desa Rimba Jaya, Biak Numfor, Papua.
Menurutnya, perayaan kelulusan ini bukanlah akhir dari perjalanan para peserta, melainkan awal dari babak baru dalam mewujudkan visi mereka untuk mengelola sumber daya alam di Indonesia secara lebih berkelanjutan, berkeadilan, dan berlandaskan pada kearifan lokal.
“Acara ini juga akan menjadi kesempatan untuk mendengarkan sambutan dari para pemangku kepentingan dari pemerintahan, UID, dan The David and Lucile Packard Foundation,” tutupnya.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.
Quoted From Many Source