Senin, 21 Agustus 2023 – 17:19 WIB
Jakarta – Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani, mengungkapkan bagaimana setiap negara harus mengatur strateginya masing-masing, dalam upaya menjaga stabilitas ekonomi. Sebab, banyak tantangan global di dunia saat ini yang harus dihadapi.
Baca Juga :
AFMGM pada Ketetuaan RI 2023 Digelar Tak Seperti Biasanya, Ada Apa?
Dia menegaskan, terdapat 3 faktor utama global yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi negara-negara di dunia saat ini, termasuk Indonesia. Ketiganya yakni kebijakan moneter, ekonomi China yang mulai membaik, dan harga komoditas yang menurun.
Ia menjelaskan terkait fenomena dan prediksi kebijakan moneter. Bagi negara-negara seperti Amerika Serikat dan Eropa, yang inflasinya belum bisa ditekan secara signifikan, maka diperkirakan bahwa penurunan inflasi mereka akan melambat sampai akhir tahun 2023 nanti.
Baca Juga :
Rupiah Melemah Pagi Ini, Isu Perlambatan Ekonomi China Jadi Sorotan
“Ditambah lagi di AS terjadi sejumlah hal yang juga bisa memacu kenaikan suku bunga. Jadi kemungkinan suku bunga di Amerika pada September 2023 ini bisa naik 25 bps (basis points). Dan kalau inflasi masih belum menurun, kemungkinan bisa tambah 25 bps lagi. Jadi sampai akhir tahun bisa sampai 50 bps,” kata Aviliani dalam acara ‘Diskusi Publik Agustusan Ekonom Perempuan’, Senin, 21 Agustus 2023.
Di tahun 2024, Aviliani baru memperkirakan bahwa akan terjadi penurunan suku bunga di AS dan Eropa, meskipun penurunannya belum signifikan.
Baca Juga :
IHSG Dibayangi Koreksi Akibat Capital Outflow, Intip Rekomendasi Saham Hari Ini
“Baru di 2025 diperkirakan suku bunga itu akan turun secara signifikan. Jadi memang ekonomi di tahun 2024 diperkirakan masih akan sangat berat. Bahkan kalau negara-negara maju tidak bisa menahan kondisi itu, resesinya malah akan mundur dari 2023 ke 2024. Tapi kita tidak berharap itu terjadi,” ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Kemudian yang strategi kedua adalah terkait dengan China, yang ekonominya sudah mulai cenderung membaik. Hal ini diakui Aviliani sesuai dengan harapannya, karena hubungan Indonesia-China paling besar transaksi ekspor-impornya.
Quoted From Many Source